Si Kecil Menolak Ketulusan Hati Insan kerana Cukup Allah Baginya

Bila kudengar suara lolongan serigala
Kurindu kepada serigala
tetapi bila kudengar suara manusia
aku hampir sahaja kehilangan kesedaranku

Seorang lelaki memasuki sebuah masjid bukan pada waktu solat, lalu ia menjumpai seorang anak kecil yang berumur sepuluh tahun sedang melaksanakan solat dengan khusyuk. Ia menunggu sehingga anak kecil itu menyelesaikan solatnya. Kemudian orang itu mendekatinya dan bertanya: “Anak siapa wahai anakku?”. Anak kecil itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan menitiskan air mata dipipinya. Kemudian dia mengangkatkan kepalanya dan berkata: “Wahai pakcik, saya seorang anak yatim piatu.’

Lelaki itu tersentuh sekali hatinya dan berkata: “Mahukah kamu menjadi anak angkatku?” Anak itu berkata: ” Apakah jika aku lapar engkau memberiku makan?” Orang itu menjawab: “Ya!” Anak kecil itu bertanya lagi: “Apakah jika aku tidak mempunyai pakaian, engkau akan memberiku pakaian?” Orang itu mengangguk dan mengatakan “Ya!” Anak kecil itu bertanya lagi : “Apakah engkau akan menyembuhkanku jika aku sakit?” Orang itu menjawab: “Wahai anakku, aku tidak dapat melakukan itu?” Anak kecil itu bertanya lagi: “Apakah engkau akan menghidupkanku bila aku mati?” Orang itu menggelengkan kepala : “Aku juga tidak sangggup?”.

Akhirnya anak kecil itu berkata:” Kalau demikian wahai pakcik, serahkanlah diriku kepada.

“Tuhan yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjukkan hidayah kepadaku, dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari qiamat”.  [ Surah Asy-Syu’ara’: 78-82]

Lelaki itupun diam dan pergi meneruskan urusannya, sedang anak kecil itu berkata: “Aku beriman kepada Allah. Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, nescaya Dia akan memberikan kecukupan kepadanya.”


Mindaku Berbicara

Si kecil yang memiliki tawakkal yang tinggi kepada Allah. Cukuplah Allah baginya. Tidak mengharap manusia tapi hanya Allah semata. Mungkin ada yang berkata, betapa anak ini telah menolak rezeki yang Allah kirimkan untuknya…atau mungkin juga ada yang berkata, anak ini telah menolak ketulusan hati insan yang ingin mendapatkan ganjaran di sisi Allah..seharusnya si kecil ini menerima pelawaan dengan hati terbuka..

Hakikatnya…insan kerdil ini telah melalui jerih derita yang hebat lantaran pemergian ayah dan ibu tercinta dan tinggallah dia sendiri..Di saat tiada sesiapa di sisinya..hanya Allah tempat pengharapan, pengaduan dan pemberi rezekinya..Insan kerdil ini telah merasakan akan kelazatan tawakkal dan iman yang tinggi kepada Allah. Merasakan manisnya berpaut hanya pada Allah..Merasakan nikmatnya apabila menancapkan dalam hatinya, Cukuplah Allah baginya…Pasti iman yang sekuat ini tidak akan menukarkannya dengan bergantung kepada insan, di saat dia telah merasakan segala kenikmatan sebagai seorang hamba Allah yang bergantung hanya pada Allah..

Cerita Seorang Teman

Suatu ketika dia sedang menghadapi masalah kewangan namun tidak diceritakan pada sesiapapun kerana terpahat kukuh dihatinya, Allah akan mencukupkannya dan Allah telah menetapkan rezeki untuknya..Tidak perlu baginya untuk mengharap ihsan manusia..Cukuplah Allah baginya..

Namun, takdir Allah suatu ketika..ada sahabat akrabnya mengetahui situasinya yang agak berat itu dan dengan setulus hati menghulur tangan untuk membantu…Berkali-kali ditolaknya dengan mengatakan: “Tidak mengapa sahabatku, cukuplah Allah bagiku…kuhargai keikhlasanmu itu”.Tetapi temannya tetap mendesak dan akhirnya temanku itu akur apabila sahabatnya berkata: ” Mengapakah dirimu tidak mahu kumendapatkan ganjaran pahala dengan membantumu…Aku juga ingin pahala di sisi Allah sahabatku”.

Sehinggalah suatu hari, terjadi kesalahfahaman antara mereka. Temanku itu tidak bersalah dan sahabatnya juga tidak bersalah cuma suatu silap faham. Betapa sahabat temanku itu telah merobek hati nurani temanku itu apabila terlanjur berkata: ” Bukankah dulu di saat dirimu susah aku yang menolongmu…sekarang lunasi segala halmu sendiri..”

Merintih sepi temanku ini kepada RabbNya.. ” Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui, bahawa dulu diriku pernah menolak bantuannya kerana diriku hanya ingin mengharap padaMu…sedangkan kumenerimanya kerana keinginannya mendapat ganjaran di sisiMu…Silapkah aku Ya Allah?”..

Merintihnya sayu di dalam hati…” Sahabatku…mengapakah kau ungkiti setiap kebaikan yang pernah kau lakukan kepadaku. Bukankah dengan ungkitan itu telah menghilangkan segala ganjaran pahala yang kau harapkan dulu..Mungkin dirimu terlupa sahabatku lantaran amarahmu, mungkin dirimu telah terlupa akan firman Allah”

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)…”                                                                                                 [Surah Al Baqarah: 264]

Sejak itu, temanku sangat berhati-hati mendapatkan bantuan insan lain. Jika ada yang ingin membantu akan dikatakan kepada insan itu: “Sahabatku, cukuplah Allah bagiku untuk membantuku di saat susah dan senang. Izinkan aku memautkan diriku sepenuhnya kepada Rabbku..Sesungguhnya sahabatku, diriku amat mengasihimu dan ku tidak mahu amal kebaikan yang kau lakukan hari ini sia-sia kerana ungkitan pada masa akan datang. Jika benar kau ingin menolongku dan mendapatkan ganjaran pahala di sisi Allah semata-mata, mahukah kau menjamin satu perkara padaku?…Dapatkah kau menjamin bahawa walauapapun yang terjadi akan datang, sesekali dirimu tidak akan mengungkitnya..Jika dapat kau menjamin perkara ini akan kuterima seikhlas hati bantuanmu demi keinginan mu memperoleh ganjaran pahala tetapi jika tidak dapat kau menjamin perkara ini…izinkan aku mengharap pertolongan pada Rabbku..cukuplah Allah bagiku sahabatku”….


Ketulusan Itu (bukan) Milik Kita

Kebaikan hati seolah telah menjadi sesuatu yang terlalu mewah untuk kita miliki dan temui saat ini. Memilikinya ibarat menyimpan bara dalam genggaman. Kebaikan hati akan membuat kita tidak bersaing dalam dunia yang keras ini. Hati yang lembut dan lebih ‘manusiawi’ hanya akan menghambat kita dalam meraih kejayaan. Sebaliknya, hati yang ‘tidak menaruh belas kasihan’ dan lebih ‘rasional’ dianggap akan lebih melapangkan jalan mencapai matlamat.

Menemui kebaikan kini juga seolah semakin sulit. Kita semakin suka berprasangka atas kebaikan yang kita lihat. Tidak ada kebaikan yang tulus, semua pasti ada ’sesuatu’ di baliknya. Tidak ada makan siang yang percuma. Bahkan kebaikan hati kini sering dituding sebagai penyebab porak-peranda dan nasib sial. Ketika seorang teman liat membayar hutang, orang-orang mempersalahkan saya. Saya dianggap ‘terlalu baik’ dan tidak berhati-hati sehingga mudah tertipu dengan penampilan luaran seseorang. Dan tidak ada seorangpun yang mempersalahkan teman yang liat tersebut!

Berbagai kejahatan dari kelas bijak pandai hingga kelas biasa yang kita saksikan sehari-hari di media cetak dan televisyen, semakin membekukan hati kita. Selalu waspada dan jangan sesekali leka. Berbaik hati hanya akan menurunkan kewaspadaan dan membuat kita tertipu dan celaka. Saya pun larut dalam arus besar itu.

Sampai suatu ketika di akhir November lalu saya menonton sebuah rancangan realiti di salah satu stesen televisyen swasta. Dalam acara tersebut seorang aktor akan berlakon sebagai orang yang memerlukan pertolongan. Lalu dia akan meminta tolong pada semua orang yang ditemuinya secara rambang. Orang yang memberi pertolongan akan mendapatkan hadiah. Semua kejadian di rakam oleh kamera tersembunyi sehingga diyakini bahawa orang yang menolong itu benar-benar tulus.

Pada edisi itu, ditampilkan seorang nenek tua yang kumal dan lusuh penampilannya, dan diarahkan supaya berlakon meminta minyak tanah ala kadarnya untuk memasak. Sang nenek pun berkeliling dari pintu ke pintu, lengkap sambil membimbit dapur minyak tanah dan botol minyak yang juga tak kalah usang dengan penampilan si pemilik. Bertemu orang pertama, sang nenek ditolak secara halus. Berikutnya, di sebuah kedai runcit yang cukup besar dan ramai, sang nenek kembali ditolak. Si pemilik kedai terlihat waspada dan menyelidik si nenek, curiga si nenek adalah penipu. Berikutnya di sebuah rumah sederhana, sang nenek kembali ditolak, bahkan dengan kasar.

 

Sampai akhirnya sang nenek bertemu dengan seorang lelaki setengah baya penjual minyak tanah yang sedang mengisi stok minyak di sebuah kedai. Seorang lelaki yang gigih. Kerasnya kehidupan tampak jelas tercoret di wajahnya yang hitam berpeluh. Namun wajah itu terlihat ramah dengan senyum. Seperti sebelumnya, tanpa basa basi, sang nenek menghampiri dan meminta minyak tanah kepada si penjual itu. Si penjual minyak tanah tampak sabar dan tekun meneliti penjelasan si nenek. Selesai sang nenek bercerita, tanpa berkata apa-apa, si penjual minyak terus mengambil botol minyak si nenek dan mengisinya. Tetap dengan wajah ramahnya. Tak ada sedikitpun rona kecurigaan, apalagi pertanyaan-pertanyaan berbaur menyelidik akan kebenaran kata-kata nenek tersebut. . Bahkan ketika sang nenek meminta dapur minyak usangnya diperbaiki pula, si penjual minyak tetap melayaninya dengan ramah. Tak ada sedikitpun perubahan rona di wajahnya. Benar-benar tulus, tanpa prasangka!

Jadilah si penjual minyak ‘pemenang’ di acara tersebut. Ketika berikutnya sang pemenang diwawancara, semakin terkuaklah ‘mutiara’ itu. Penjual minyak tanah itu ternyata cacat. Selamat, lelaki setengah baya itu, terlahir dengan kedua kaki yang cacat dan sebelah mata buta!. Setiap hari ia mencari nafkah berjualan minyak berkeliling perumahan, keluar-masuk kampung, menyusuri jalan raya, dengan sebuah basikal tua yang dikayuh dengan sebelah tangannya! Dan mengalirlah kemudian kisah tentang sebuah ketegaran jiwa, ketulusan menjalani garis hidup, kegagahan menghadapi kerasnya ombak zaman, dari seorang Selamat. Dan wawancara diakhiri dengan sebuah kalimat yang begitu menggetarkan dari Selamat, “Saya percaya Tuhan itu Maha Adil”.

Seketika itu, runtuhlah semua kesombongan diri, hancur berkeping diterjang gelombang kesederhanaan. Musnah semua keegoan intelektualiti, tenggelam dalam kebeningan perasaan. Lepas segala keinginan dan nafsu duniawi, jatuh tersungkur di hadapan ketulusan seorang hamba, hamba yang begitu tulus menjalani hidupnya. Dengan semua ujian hidup yang begitu berat, dia tetap tersenyum ramah kepada siapapun, menolong semua tanpa membeza-bezakan walau hanya dalam batas kemampuannya, tak ada iri dan dengki terhadap sekelilingnya yang hidup jauh lebih beruntung, dan dengan ikhlas berkata: Tuhan Maha Adil!.

Saya menangis tersedu-sedu. Betapa buruknya kita di hadapan seorang Selamat. Kita yang dipenuhi dengan berbagai nikmat, namun masih merasa tidak cukup. Seringkali protes ketika hanya mendapat sebuah ujian. Menjadi bebal dan keras hati oleh berlimpahnya kebendaan dan kedudukan.

Hati yang tulus dan lembut masih ada bahkan banyak, bertebaran memenuhi persada. Memeliharanya memang sulit namun bukan sesuatu yang mustahil. Dunia yang keras dan culas tidak cukup menjadi alasan bagi kita untuk menumpulkan dan membekukannya. Kerana kebaikan dan kelembutan hati bukanlah suatu hal bodoh dan sia-sia dalam dunia yang bergetah ini.

Sumber : Unknown (diolah dan dialihbahasa dari bahasa indonesia)

Langkah-langkah Meraih Kebahagiaan


Bila datang kepadamu berita kekuranganku
Itu adalah bukti bahawa sesungguhnya diriku sempurna

Sikap rakus dan tamak dapat membinasakan pelakunya. Cara mengatasinya adalah dengan mengikuti terapi berikut ini:

1. Bersederhanalah di dalam hidup dan membelanjakan harta. Sesiapa yang terlalu banyak berbelanja, maka dia tidak akan pernah puas, bahkan ia akan diperbudak oleh rasa tamak. Kesederhanaan adalah pangkat kepuasan. Dalam pepatah arab dikatakan


Pengelolaan yang baik merupakan setengah dari penghidupan

2. Jangan terlalu gelisah menghadapi masa depan. Atasilah dengan membatasi angan-anganmu, dan yakinlah bahawa masalah rezeki itu sudah ditentukan, dan pasti akan sampai kepadamu.

3. Bertaqwalah kepada Allah kerana Dia berfirman di dalam Al Qur’an :

……barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar  [65:2]. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkan (keperluannya)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.[65:3]

[Surah At Thalaaq (65) : 2-3]

4. Kenalilah kebaikan yang terkandung dalam sifat qana’ah sehingga anda hidup mulia, tidak memerlukan pertolongan orang lain dan kenalilah keburukan yang terkandung dalam sikap rakus dan tamak iaitu membawa kehinaan bagi pelakunya.

5. Perbanyakkanlah merenungkan kisah-kisah para Nabi dan orang-orang soleh. Kepuasan mereka, kesederhanaan hidup mereka dan cinta mereka terhadap amal-amal soleh. Jadikanlah mereka sebagai suri teladan anda.

6. Perhatikanlah keadaan orang yang lebih rendah dalam urusan-urusan duniawi.


Diolah dari buku “Jangan Bersedih, Jadilah Wanita yang Paling Bahagia” karangan Dr ‘Aidh bin Abdullah Al Qarni

Kunci-kunci Meraih Kejayaan

Dunia ini bila suatu hari penuh dengan tawa ria
Maka pada keesokkannya harinya
Akan penuh dengan tangisan
Alangkah buruknya negeri dunia ini

  • Kunci Kemuliaan ialah taat kepada Allah dan RasulNya
  • Kunci Rezeki adalah berusaha disertai dengan istighfar dan ketaqwaan.
  • Kunci Syurga adalah mengEsakan Allah (Tauhid)
  • Kunci Iman adalah merenungkan ayat-ayat Allah dan tanda-tanda kebesaran yang ada pada makhluk-makhlukNya
  • Kunci Kebaikan adalah kejujuran.
  • Kunci Kehidupan Hati adalah merenungkan Al Quran, berdoa di malam hari dan meninggalkan perbuatan dosa.
  • Kunci Ilmu Pengetahuan adalah tidak malu untuk bertanya dan mendengar dengan baik.
  • Kunci Kemenangan dan Kejayaan adalah sabar.
  • Kunci Kebahagiaan adalah taqwa.
  • Kunci Bertambahnya Nikmat adalah bersyukur.
  • Kunci Mencintai Akhirat adalah zuhud terhadap duniawi.
  • Kunci agar permintaan diqabulkan adalah berdoa.

Senyumlah Walau Dirimu Diselimuti Duka


Jadikanlah gubuk istana,
Rancanglah kediaman dari rumahmu yang dari tanah
Bukan dari istanamu yang dari gading

Manakala engkau tersenyum, sedangkan hatimu yang sarat dengan duka nestapa, maka sesungguhnya engkau sedang meringankan beban dan membuka satu pintu untuk kebahagiaan. Janganlah ragu-ragu untuk tersenyum, kerana dalam dirimu ada kekuatan besar yang meluap dengan tersenyum. Jangan menekan kekuatan itu, kerana dengan menekannya bererti engkau memaksa jiwamu masuk ke dalam botol penderitaan. Tersenyum tidak akan membahayakanmu. Bicaralah dengan orang disekitarmu dengan bahasa qalbu. Alangkah indahnya bibir kita ketika berbicara dengan bahasa senyum.

Sabda Rasul tercinta: “”Senyum anda terhadap saudara anda adalah sedekah.” [Hadis riwayat Ibn Hiban dan Al Baihaqi]. Bukankah dirimu akan memperoleh pahala dengan tersenyum terhadap saudaramu. Kita sentiasa berurusan dengan insan lain dalam kehidupan kita. Anda harus menyedari bahawa kehidupan bersosial menuntut anda untuk pandai membawa diri dan menyesuaikannya dengan keadaan. Di antara kepandaian itu ialah murah dengan senyuman, kerana semua orang pasti senang dengan senyuman.

Kerana dengan tersenyum di hadapan orang lain, maka engkau sedang memberikan kepada mereka kehidupan yang indah, optimis dan khabar gembira yang mereka harapkan. Namun, jika anda menemui orang lain, dengan wajah kusut dan garang, maka sesungguhnya anda telah menyeksanya dengan hal itu serta mengeruhkan suasana indah dan jernih dari kehidupan mereka. Jadi kenapa anda rela menjadi penyebab kesengsaraan orang lain. Pautkan dirimu pada Allah. Biar sengsara, biar derita semoga Allah memberimu kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup..

Diolah dari buku “Jangan Bersedih, Jadilah Wanita yang Paling Bahagia” karangan Dr ‘Aidh bin Abdullah Al Qarni


 

Manakala engkau tersenyum, sedangkan hatimu yang sarat dengan duka nestapa, maka sesungguhnya engkau sedang meringankan beban dan membuka satu pintu untuk kebahagiaan. Janganlah ragu-ragu untuk tersenyum, kerana dalam dirimu ada kekuatan besar yang meluap dengan tersenyum. Jangan menekan kekuatan itu, kerana dengan menekannya bererti engkau memaksa jiwamu masuk ke dalam botol penderitaan. Tersenyum tidak akan membahayakanmu. Bicaralah dengan orang disekitarmu dengan bahasa qalbu. Alangkah indahnya bibir kita ketika berbicara dengan bahasa senyum.

Sabda Rasul tercinta: “”Senyum anda terhadap saudara anda adalah sedekah.” Hadis riwayat Ibn Hiban dan Al Baihaqi. Bukankah dirimu akan memperoleh pahala dengan tersenyum terhadap saudaramu. Kita sentiasa berurusan dengan insan lain dalam kehidupan kita. Anda harus menyedari bahawa kehidupan bersosial menuntut anda untuk pandai membawa diri dan menyesuaikannya dengan keadaan. Di antara kepandaian itu ialah murah dengan senyuman, kerana semua orang pasti senang dengan senyuman.

Kerana dengan tersenyum di hadapan orang lain, maka engkau sedang memberikan kepada mereka kehidupan yang indah, optimis dan khabar gembira yang mereka harapkan. Namun, jika anda menemui orang lain, dengan wajah kusut dan garang, maka sesungguhnya anda telah menyeksanya dengan hal itu serta mengeruhkan suasana indah dan jernih dari kehidupan mereka. Jadi kenapa anda rela menjadi penyebab kesengsaraan orang lain. Pautkan dirimu pada Allah. Biar sengsara, biar derita semoga Allah memberimu kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup..

PENAWAR HATI


Tika ini,
langkah terasa payah,
nafas terasa lelah,
hati teramat gelisah,
menghadapi ujian yang Maha Esa..

Kalbuku,
yakinlah pada janji ar-Rahim,
kau tak pernah sendiri,
tidak mungkin jua terasa sunyi,
mustahil jua tandus tanpa cinta,
kerana kasih Nya sentiasa ada buatmu…

Nuraniku,
tabahlah kau menjamah getir ujian buatmu,
teguhlah kau terus berdiri,
kerana kau pasti mampu hadapinya,
itu janji Tuhan yang Esa…

Penawar,
biar perih terasa mengejar cinta Yang Esa,
dari terleka mencari fatamorgana yang fana,
berimanlah ini terbaik untukmu,
segala tersurat sudah,
kerana Dia Khalidmu,
Maha mengetahui segala sesuatu,
pasti ada sebabnya setiap kisah hidupmu….

Sumber: http://badarktc.blogspot.com/

 

Warkah Cinta Buat Bakal Suamiku

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani

Assolatuwassalam, selawat dan salam buat junjungan mulia, Muhammad S.A.W Kekasih Istimewa…

Salam Sejahtera buat bakal suamiku, moga Allah sentiasa merahmati dan memberkati dirimu yang tidak pernah kutemui, namun doaku tidak pernah putus mengiringi setiap langkahmu demi meraih keredhaanNya…

“Seindah perhiasan dunia adalah wanita yang solehah,”

Ku mulakan warkah ini dengan bait indah yang ditinggalkan Rasulullah S.A.W kepada seisi alam. Wanita solehah! Idaman semua muslimin di alam maya ini… Alhamdulillah, itulah anjuran Islam yang kita cintai, pilihlah wanita yang mampu menyejukkan pandanganmu dan juga baitul muslim yang bakal dibina tika sampai saat itu, InsyaAllah.

Calon zaujku,

“Dinikahi seorang wanita itu kerana empat perkara hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah hal keagamaannya, maka beruntunglah kedua-dua tanganmu…”


Telah dinukilkan panduan sepanjang zaman, itulah lirikan utama buatmu memilih calon isteri. Tiap baris itu telah menjadi hafalanku sejak aku mengenali dunia baligh ini. Jika harta yang kau idamkan, ketahuilah diriku tidak punya apa-apa harta di dunia ini melainkan ilmu agama yang telah dititipkan buatku oleh umi dan abah. Tiada harta untuk kupersembahkan dalam taklik ijab kita nanti. Tiada harta sebagai jaminan bahawa kau akan menikmati sedikit kesenangan apabila ijab bersaksi telah dilafazkan. Hanya ketenangan yang mampu aku sediakan buatmu kerana aku pernah terbaca kata-kata …


“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang.¨ (Ar-Rum: 21)

Jika keturunan yang mulia itu yang kau dambakan, ketahuilah jua aku hanyalah insan biasa di dunia ini. Umi dan abah telah menitipkan aku di bawah pengawasan Allah sebagai penjaga mutlak diriku. Namun apa yang pasti, aku adalah keturunan mulia, ayahanda Nabi Adam A.S dan bonda Hawa A.S, sama seperti mu. Ingin aku berkongsi lafaz sahih ini denganmu …

“…maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengasihi orang yang bertawakal kepadaNya. Jika Allah menolong kamu maka, tiada seseorangpun yang boleh menghalang kamu, dan jika ia mengecewakan kamu, maka siapakah yang dapat menolong kamu sesudah Allah (menetapkan demikian)? dan ingatlah kepada Allah jualah hendaknya orang yang beriman itu berserah diri…” (Ali Imran : 159-160)

Kecantikan, itulah pandangan pertama setiap insan. Malah aku meyakini bahawa kau juga tidak terlepas seperti insan yang lain. Ketahuilah, jika kecantikan itu yang kau inginkan daripada diriku, kau telah tersalah langkah. Tiada kecantikan yang tidak terbanding untuk kupertontonkan padamu. Telah aku hijabkan kecantikan diriku ini dengan amalan ketaatan kepada tuntutan agama yang kucintai. Kau hanya membuang masa jika kau menginginkan kecantikan lahiriah semata-mata.

Aku tidak menjanjikan aku mampu membahagiakan rumahtangga kita nanti, kerana aku memerlukan engkau untuk bersama-samaku menegakkan dakwah islamiyyah ini, dan aku merelakan diri ini menjadi penolongmu untuk membangunkan sebuah markas dakwah dan tarbiyyah ke arah jihad hambaNya kepada Penciptanya yang agung. Melalui pencarian ilmu agama bersama, marilah kita jadikan pernikahan ini sebagai risalah demi meneruskan perjuangan Islam. Aku masih kekurangan ilmu agama, tetapi berbekalkan ilmu agama yang telah dibekalkan ini, aku ingin menjadi isteri yang sentiasa mendapat keredhaan Allah dan suamiku untuk memudahkan aku membentuk usrah muslim antara aku, kau dan anak-anak kita untuk dibaiahkan dengan ketaatan kepada Allah Yang Maha Esa. Aku bercita-cita bergelar pendamping solehah, seperti mana yang dijanjikan Rasul,

“Semoga Allah memberi rahmat kurnia kepada lelaki yang bangun di tengah malam lalu dia sembahyang dan membangunkan isterinya, maka sekiranya enggan juga bangun untuk bersembahyang, dia merenjiskan air ke mukanya. Semoga Allah memberi rahmat kurnia kepada wanita yang bangun di tengah malam lalu bersembahyang dan membangunkan suaminya. Maka jika dia enggan, dia merenjiskan air kemukanya.” (Riwayat Abu Daud dengan Isnad yang sahih)

Renungilah FirmanNya ini, lalu kau akan tahu hakikat diriku dan dirimu dipertemukan oleh Allah atas namanya pertemuan dan jodoh.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa’ : 1)

Calon Suamiku yang dirahmati,

“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan kerana mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka”.(An-Nissa’:34)

Membenarkan seperti apa yang telah Dia katakan dalam QalamNya yang mulia, aku meyakini bahawa engkau adalah pemimpin untukku dan anak-anak pewaris kejihadan Islam yang bakal lahir. Jadikanlah pernikahan ini sebagai asas pembangunan iman dan bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai tunjang nafsu semata-mata. Moga diriku dan dirimu sentiasa didampingi kerahmatan dan keredhaanNya. Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan syurga kesabaran, qanaah ketabahan moga kita akan menjadi salah satu daripada jemaah saf menuju ke syurga InsyaAllah…

Ingin aku berbicara mengenai pemberianmu kepadaku. Kau terlalu membimbangkan akan kehendak bersifat duniawi semata-mata. Benar? Ketahuilah, aku tidak menginginkan hantaran bersusun, mas kahwin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai erti kita dipertemukan oleh Allah atas dasar agama. Cukuplah seandainya, maharku sebuah Qalam Mulia, Al-Quran, kerana aku meyakini Qalam itu mampu memimpin rumahtangga kita dalam meraih keredhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat sementara. Bantulah aku dalam menjayakan agama Allah ini melalui pernikahan, kerana ia adalah laluan untuk aku menyempurnakan separuh daripada agamaku, InsyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapa dan orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada kekayaan duniawi yang kau sediakan. Kutitipkan sebahagian daripada pembacaanku dalam Jalan Dakwah Mustaffa Masyhur, tidak lagi wujud keborosan dan kebakhilan kerana semuanya berada di dalam udara Qana’ah (berpuas hati dengan apa yang ada), redha dan yakin bahawa dunia ini bukanlah negara Janatunna’im. Lihatlah rumahtangga Rasulullah S.A.W, kadang-kadang berlalu sebulan demi sebulan, pernah dapurnya tidak berasap kerana tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Walaupun demikian susahnya, rumahtangga Rasulullah S.A.W tetap menjadi rumahtangga yang paling bahagia yang tidak ada tolok bandingnya hingga ke hari ini.

Terlalu panjang rasanya aku mencoretkan warkah ini. Cukup dahulu buat tika ini, andai diizinkan aku akan kembali menitipkankan lagi kiriman bertintakan hati ini. Akhir bicara, maaf andai tiada pertemuan yang kususuli kerana padaku biarlah merindu daripada jemu tatkala kita disatukan.

Wassalam

Dari,
Tulang rusuk kirimu.

Pertemuan… menghadiahkan kita kasih sayang… jika cinta satu pasti bertemu… ia tidak ternilai… kerana antara hati kita telah tiada antaranya lagi yg ada hanyalah cinta kasih Ilahi… kita berpisah hanya sementara kerna pertemuan bukan milik kita… jasad dan suara berjauhan sentiasa namun cinta abadi… biar berpisah selalu menderita kerana syurga menagih ujian sedang neraka dipagari oleh nikmat bertemu tidak jemu… berpisah tak gelisah…

Ya Allah, gembirakan kami dengan redhaMu …


Sumber :http://loveiman.blogspot.com/

Coretan Untuk Bakal Isteri

Assalamualaikum wrt. wbt.

Untukmu, Bakal isteriku..

Tangan ini mula menulis apa yang telah dikarangkan oleh hati ini di dalam kalbu. Aku mula tertanya-tanya adakah aku sudah seharusnya mula mencari sebahagian diriku yang hilang. Bukanlah niat ini disertai oleh nafsu tetapi atas keinginan seorang muslim mencari sebahagian agamanya. Acap kali aku mendengar bahawa ungkapan “Kau tercipta untukku.”

Aku awalnya kurang mengerti apa sebenarnya erti kalimah ini kerana diselubungi jahiliyah. Rahmat dan hidayah Allah yang diberikan kepada diriku, baru kini aku mengerti bahawa pada satu hari nanti, aku harus mengambil satu tangungjawab yang sememangnya diciptakan khas untuk diriku, iaitu dirimu. Aku mula mempersiapkan diri dari segi fizikal, spiritual dan juga intelektual untuk bertemu denganmu.

Aku mahukan pertemuan kita yang pertama aku kelihatan ‘sempurna’ di hadapanmu walaupun hakikatnya masih banyak lagi kelemahan diri ini. Aku cuba mempelajari erti dan hakikat tanggungjawab yang harus aku galas ketika dipertemukan dengan dirimu. Aku cuba membataskan perbicaraanku dengan gadis lain yang hanya dalam lingkaran urusan penting kerana aku risau aku menceritakan rahsia diriku kepadanya kerana seharusnya engkaulah yang harus mengetahuinya kerana dirimu adalah sebahagian dariku dan ianya adalah hak bagimu untuk mengetahui segala zahir dan batin diriku ini.

Apabila diriku memakai kopiah, aku digelar ustaz. Diriku diselubungi jubah, digelar syeikh. Lidahku mengajak manusia ke arah makruf digelar daie. Bukan itu yang aku pinta kerana aku hanya mengharapkan keredhaan Allah. Yang aku takuti, diriku mula didekati oleh wanita kerana perawakanku dan perwatakanku. Baik yang indah berhijab atau yang ketat bert-shirt, semuanya singgah disisiku. Aku risau imanku akan lemah. Diriku tidak dapat menahan dari fitnah ini. Rasulullah S.A.W pernah bersabda, “Aku tidak meninggalkan setelahku fitnah yang lebih bahaya untuk seorang lelaki melainkan wanita.”

Aku khuatir amalanku bukan sebulatnya untuk Rabbku tetapi untuk makhluknya. Aku memerlukan dirimu untuk menghindari fitnah ini. Aku khuatir kurangnya ikhlas dalam ibadahku menyebabkan diriku dicampakkan ke neraka meninggalkan kau seorang diri di syurga. Aku berasa bersalah kepada dirimu kerana khuatir cinta yang hak dirimu akan aku curahkan kepada wanita lain. Aku sukar untuk mencari dirimu kerana dirimu bagaikan permata bernilai di antara ribuan kaca menyilau. Tetapi aku pasti jika namamu yang ditulis di Luh Mahfuz untuk diriku, nescaya rasa cinta itu akan Allah tanam dalam diri kita. Tugas pertamaku bukan mencari dirimu tetapi mensolehkan diriku. Sukar untuk mencari solehah dirimu andai solehku tidak setanding dengan ke’solehah’anmu. Janji Allah pasti kupegang dalam misi mencari dirimu. “Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik.”


Jiwa remaja ku ini mula meracau mencari cinta. Matang kian menjelma dan kehadiran wanita amat terasa untuk berada di sisi. Setiap kali aku merasakannya, aku mengenangkan dirimu. Di sana engkau setia menunggu diriku, tetapi di sini aku curang kepadamu andai aku bermain dengan cinta fatamorgana. Sampaikan doamu kepada diriku agar aku dapat menahan gelora kejantananku disamping aku mengajukan sendiri doa diperlindungi diri.

Bukan harta,rupa dan keturunan yang aku pandang dalam mencari dirimu. Cukuplah agama sebagai pengikat kasih antara kita. Saat di mana aku bakal melamarmu, akan ku lihat wajahmu sekilas agar mencipta keserasian diantara kita kerana itu pesan Nabi kita. Tidak perlu alis mata seakan alis mata unta, wajah bersih seakan putih telur ataupun bibir merah delima tetapi cukup cuma akidah sekuat akar, ibadah sebagai makanan dan akhlak seindah budi.

“Kahwinilah isteri kerana empat perkara; keturunan, harta, rupa dan agama. Dan jika kau memilih agama, engkau tidak akan menyesal.”

Jika aku dipertemukan dengan dirimu, akan ku jaga perasaan kasih ini supaya tidak tercurah sebelum masanya. Akan ku jadikan syara’ sebagai pendinding diri kita. Akan ku jadikan akad nikah itu sebagai cop halal untuk mendapatkan dirimu. Biarlah kita mengikuti nenek moyang kita, Nabi Adam dan Siti Hawa yang bernikah sebelum disatukan agar kita dapat menikmati kenikmatan perkahwinan yang menjanjikan ketenangan jiwa, ketenteraman hati dan kedamaian batin. Doakan diriku ini agar tidak berputus asa dan sesat dalam misi mencari dirimu kerana aku memerlukan dirimu untuk melengkapkan sebahagian agamaku.

Dariku,

Bakal suamimu.


Sumber :http://www.iluvislam.com/

Antara Perempuan dan Muslimah


Perempuan
Apabila teruna memerhatikannya,
Perempuan akan membalas renungan matanya

Apapila teruna mendekati selangkah,
Perempuan datang berpuluh langkah

Apabila teruna memujuk rayu,
Perempuan lemah dalam pangkuannya

Apabila teruna memberi harapan,
Perempuan hanyut dalam angan langkah

Muslimah
Apabila teruna memandang nya,
Muslimah tunduk mengelak panah syaitan

Apabila teruna mendekati selangkah,
Muslimah berundur beribu langkah

Apabila teruna memujuk rayu,
Muslimah anggap itulah kalimah iblis

Apabila teruna menutur harapan indah,
Muslimah yakin janji-Nya lebih bahagia di sana

Kerana Muslimah mengerti dan menyedari
Akan erti maruah peribadi sejati
Yang diselaputi iman yang hakiki
Yang tidak mudah dicemari…

Sumber: http://ntvirus.wordpress.com/2008/10/18/

Siapakah Ahli Sunnah Wal Jamaah Yang Sebenar?

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpesan: “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang mana kamu tidak akan tersesat selama berpegang dengan keduanya, iaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi.” (Hadis riwayat Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)

 

Rata-rata kita tidak pernah mendengar pun ada golongan yang mengatakan “Aku tidak mengikut Al-Quran dan Sunnah” tapi sebaliknya kita mendengar ramai yang mengatakan “Aku mengikut Al-Quran dan Sunnah.” Golongan yang berkata sedemikian bukan sahaja dari kalangan Ahli Sunnah, Malah jika kita tanyakan kepada golongan Syi’ah juga mereka akan berkata “Aku ikut Al-Quran dan Sunnah.” Padahal golongan Syi’ah adalah golongan yang jauh sekali dari kebenaran.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah-belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di dalam neraka dan satu golongan di dalam syurga, iaitu al-Jama’ah.”
(Hadis Riwayat Abu Daud, Ahmad, ad-Darimi, al-Ajury, al-Lalikaiy. Disahihkan oleh al-Hakim, dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi)

 

Dalam riwayat yang lain disebutkan; “(Iaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.

(Hadis Riwayat at-Tirmizi, dinilai Hasan oleh al-Albani)

 

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

“Sesungguhnya sesiapa yang hidup selepasku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kalian berpegang kepada sunnahku dan sunnah al-Khulafa al-Rasyidin al-Mahdiyyin (mendapat petunjuk). Berpeganglah dengannya dan gigitlah ia dengan geraham. Jauhilah kamu perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama) kerana setiap yang diada-adakan itu adalah bid‘ah dan setiap bid‘ah adalah sesat”.
(Diriwayatkan oleh Abu Daud dan al-Tirmizi, berkata al-Tirmizi: “Hadis ini hasan sahih”. Juga diriwayatkan oleh Ibn Majah dan al-Darimi dalam kitab Sunan mereka. Demikian juga oleh Ibn Hibban dalam Sahihnya dan al-Hakim dalam al-Mustadrak dengan menyatakan: “Hadis ini sahih”. Ini dipersetujui oleh al-Imam Adz-Dzahabi)

 

Hadis-hadis di atas menerangkan bahawa umat Islam pasti akan berpecah dan sememangnya telah pun berpecah sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah lebih kurang seribu empat ratus tahun tahun yang lalu. Inilah antara mukjizat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam yang dapat kita lihat sendiri. Namun akan tetap ada mereka yang masih berada di atas kebenaran, sebagaimana hadis di atas yang diterangkan mereka itu ialah yang berpegang dengan sunnah Nabi dan sunnah Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang terdiri daripada sahabatnya. Dalam kata lain mereka dipanggil Al-Jamaah sebagaimana hadis di atas juga.

Sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam:

“Tetap akan ada segelintir dari umatku yang zahir di atas kebenaran, tidak memudaratkan mereka sesiapa yang menyelisihi mereka, sehinggalah datangnya keputusan Allah, sedang mereka tetap berada dalam keadaan sedemikian.”
(Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Imam Ahmad di dalam Musnadnya, At-Thabrani dalam Al-Ausath, Abu Ya’la, dan Ibn ‘Adi dalam Al-Kamil)

 

Sabda Baginda sallallahu ‘alaihi wasallam:

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (iaitu para sahabat baginda), kemudian yang sesudah-nya (para tabi’in), kemudian yang sesudah-nya (para tai’ut tabi’in). Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

 

Allah Ta’ala berfirman: (Maksudnya)

“Dan orang-orang yang terdahulu – yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar”, dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka Dengan kebaikan (iman dan taat), Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia, serta Dia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar.”
(Surah at-Taubah: 100)

 

Syeikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafizahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun ‘Anil Firaq (cet. Darus Salaf hal.23-24) beliau berkata: “(Perpecahan dan perselisihan) merupakan hikmah dari Allah Ta’ala sebagai menguji hamba-hambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa nafsu dan bersikap fanatik.”

Allah Ta’ala berfirman:

“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia Maha Mengetahui orang-orang yang dusta”.
(Surah Al-‘Ankabut:1-3)

 

Dan firman Allah Ta’ala: (Maksudnya)

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: “Sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang derhaka) semuanya”.
(Surah Hud:118-119)

 

“Dan kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil”.

(Surah Al-‘An’am:35).”

 

Dan Allah ’Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Merahmati hambaNya. Jalan kebenaran telah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya sebagaimana dalam sabda Rasululullah sallallahu ‘alaihi wasallam: “Sungguh aku telah meninggalkan kamu di atas petunjuk yang sangat terang malamnya seperti waktu siangnya tidaklah menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa”. Hadis ini disahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Dzilalul Jannah)

Dan dalam hadis Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata: Suatu hari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam membuat satu garisan lurus dengan tangannya lalu bersabda:

Inilah jalan Allah yang lurus, kemudian baginda menggariskan beberapa garis disebelah kiri dan kanan garis yang lurus itu, sambil bersabda: “Inilah jalan-jalan (kesesatan). Tidak ada satu jalan pun dari jalan ini melainkan ada syaitan yang mengajak manusia untuk mengikuti jalan tersebut. Kemudian baginda membacakan surah Al-An’am ayat 153: “Dan bahawa yang (kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)”.
(Hadis riwayat Ahmad; berkata Al-Arnauth: Hadis hasan, rujuk Musnad Ahmad takhrij al-Arnauth)

Ciri-ciri Ahli Sunnah Wal Jamaah

 

Pertama: Berpegang teguh kepada Al Quran dan As Sunnah yang sahih berdasarkan pemahaman

salafus soleh

Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah dan jalan para sahabatnya, yang menyandarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus soleh iaitu pemahaman generasi pertama umat ini dari kalangan sahabat, tabi’in dan generasi setelah mereka. Mengikut pemahaman salafus soleh amat penting, kerana mereka adalah golongan yang paling dekat dengan zaman keberadaan Rasulullah, berbanding zaman terkemudian dengan kemunculan semakin banyak penyelewengan dan hadis palsu .Rasulullah bersabda:“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka.” (Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad)

Kedua: Kembali merujuk Al Quran dan As Sunnah yang sahih dalam setiap perselisihan
Mereka kembalikan segala bentuk perselisihan yang terjadi di kalangan mereka kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dan bersedia menerima apa-apa yang telah diputuskan oleh Allah dan Rasulullah. Firman Allah: (Maksudnya)
“Maka jika kamu berselisih-faham dalam satu perkara, kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasulnya jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan yang demikian itu adalah baik dan lebih baik akibatnya.”
(Surah An-Nisa: 59).
“Tidaklah layak bagi seorang mukmin dan mukminat apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan suatu perkara untuk mereka, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Barangsiapa menderhakai Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”
(Surah Al-Ahzab: 36)

 

Ketiga: Mengutamakan ucapan Allah dan Rasul berbanding ucapan manusia

Mereka mendahulukan ucapan Allah dan Rasul daripada ucapan selain keduanya. Firman Allah: (Maksudnya)
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahulukan (ucapan selain Allah dan Rasul) terhadap ucapan Allah dan Rasul dan bertaqwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Surah Al Hujurat: 1)

 

Keempat:Menghidupkan sunnah Rasulullah dalam semua aspek kehidupan

Menghidupkan sunnah Rasulullah baik dalam ibadah mereka, akhlak mereka, dan dalam semua sendi kehidupan, sehingga mereka menjadi orang asing di tengah kaumnya. Rasulullah bersabda tetang mereka:

“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula daam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.”

(Hadis riwayat Muslim dari hadis Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)

Kelima:Tidak fanatik kepada golongan tertentu

Mereka adalah orang-orang yang sangat jauh dari sifat fanatik (taksub) golongan. Dan mereka tidak fanatik kecuali kepada Kalamullah dan Sunnah Rasulullah. Imam Malik mengatakan: “Tidak ada seorangpun setelah Rasulullah yang ucapannya boleh diambil dan ditolak kecuali ucapan baginda.”

Keenam:Menyeru supaya berpegang kepada Al Quran dan As Sunnah

Mereka adalah orang-orang yang menyeru segenap kaum muslimin agar bepegang dengan sunnah Rasulullah dan sunnah para shahabatnya.

Ketujuh:Amar ma’ruf dan nahi mungkar berdasarkan kehendak Allah dan Rasul

Mereka adalah orang-orang yang memikul amanat amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka mengingkari segala jalan bid’ah (lawan kepada sunnah) dan kelompok-kelompok yang akan memecahkan-belahkan barisan kaum muslimin.

Kelapan:Mengingkari undang-undang manusia yang bercanggah Al Quran dan As Sunnah

Mereka adalah orang-orang yang mengingkari undang-undang yang dibuat oleh manusia yang menyelisihi undang-undang Allah dan Rasulullah.

Kesembilan:Bersedia Jihad Fisabilillah jika keadaan menghendaki

Mereka adalah orang-orang yang bersiap-sedia memikul amanat jihad fi sabilillah apabila agama menghendaki yang demikian itu.

Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali rahimahullah menjelaskan dalam kitab beliau Makanatu Ahli Al Hadits (halaman 3-4) berkata: “Mereka adalah orang-orang yang menempuh manhaj (metodologi)-nya para sahabat dan tabi’in dalam berpegang terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah dan menggigitnya dengan gigi geraham mereka. Mendahulukan keduanya atas setiap ucapan dan petunjuk, kaitannya dengan aqidah, ibadah, mu’amalat, akhlaq, politik, mahupun persatuan. Mereka adalah orang-orang yang kokoh di atas prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya sesuai dengan apa yang diturunkah Allah kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. Mereka adalah orang-orang yang tampil untuk berdakwah dengan penuh bersemangat bersungguh-sungguh. Mereka adalah para pembawa ilmu nabawi yang melumatkan segala bentuk penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, kerancuan para penyesat dan pentakwil yang jahil. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengintai setiap kelompok yang menyeleweng dari manhaj Islam seperti Jahmiyah, Mu’tazilah, Khawarij, Rafidah (Syi’ah), Murji’ah, Qadariyah, dan setiap orang yang menyeleweng dari manhaj Allah, mengikuti hawa nafsu pada setiap waktu dan tempat, dan mereka tidak pernah mundur kerana cercaan orang yang mencerca.”

Ciri-ciri Khusus Mereka


Pertama: Golongan yang sedikit

Mereka adalah umat yang baik dan jumlahnya sangat sedikit, yang hidup di tengah umat yang sudah rosak dari segala segi. Rasulullah bersabda:
“Berbahagialah orang yang asing itu (mereka adalah) orang-orang baik yang berada di tengah orang-orang yang jahat. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada orang yang mengikuti mereka.”
(Hadis riwayat Imam Ahmad)

 

Ibnul Qayyim dalam kitabnya Madarijus Salikin (3/199-200) berkata:

Ia adalah orang asing dalam agamanya disebabkan rosaknya agama mereka, asing pada berpegangnya terhadap sunnah disebabkan berpegangnya manusia terhadap bid’ah, asing pada keyakinannya disebabkan telah rosak keyakinan mereka, asing pada solatnya disebabkan jeleknya solat mereka, asing pada jalannya disebabkan sesat dan rosaknya jalan mereka, asing pada nisbahnya disebabkan rosaknya nisbah mereka, asing dalam pergaulannya bersama mereka disebabkan bergaul dengan apa yang tidak diinginkan oleh hawa nafsu mereka.”

Kesimpulannya, dia asing dalam urusan dunia dan akhiratnya, dan dia tidak menemui seorang penolong dan pembela pun. Dia sebagai seorang yang berilmu ditengah orang-orang jahil, pemegang sunnah di tengah ahli bid’ah, penyeru kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah orang-orang yang menyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah, penyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran di tengah kaum di mana yang ma’ruf menjadi mungkar dan yang mungkar menjadi ma’ruf.”

Ibnu Rajab dalam kitab Kasyfu Al Kurbah Fi Washfi Hal Ahli Gurbah (halaman 16-17) mengatakan:

“Fitnah syubhat dan hawa nafsu yang menyesatkan inilah yang telah menyebabkan berpecahnya ahli kiblat menjadi berpuak-puak. Sebahagian mengkafirkan yang lain sehingga mereka menjadi bermusuh-musuhan, berpecah-belah, dan berparti-parti yang dulunya mereka berada di atas satu hati. Dan tidak ada yang selamat dari semuanya ini melainkan satu kelompok. Merekalah yang disebutkan dalam sabda Rasulullah:

“Dan tetap akan ada segelintir dari umatku yang zahir di atas kebenaran, tidak memudaratkan mereka sesiapa yang menyelisihi mereka, sehinggalah datangnya keputusan Allah, sedang mereka tetap berada dalam keadaan sedemikian.”

Kedua:Orang yang asing di kalangan manusia

Mereka adalah orang yang berada di akhir zaman dalam keadaan asing yang telah disebutkan dalam hadis, iaitu orang-orang yang memperbaiki ketika rosaknya manusia. Merekalah orang-orang yang memperbaiki apa yang telah dirosakkan oleh manusia pada sunnah Rasulullah. Merekalah orang-orang yang lari dari fitnah dengan membawa agama mereka. Mereka adalah orang yang sangat sedikit di tengah-tengah kabilah dan terkadang tidak didapati pada sebuah kabilah kecuali satu atau dua orang, bahkan terkadang tidak didapati satu orangpun sebagaimana permulaan Islam.

Dengan dasar inilah, para ulama menafsirkan hadis ini. Sebagaimana Imam Al-Auza’i rahimahullah menjelaskan tentang sabda Rasulullah:

“Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing. Adapun Islam itu tidak akan pergi akan tetapi Ahli Sunnah yang akan pergi sehingga tidak tersisa di sebuah negeri melainkan satu orang.” Dengan makna inilah didapati ucapan salaf yang memuji sunnah dan menyifatkannya dengan asing dan menyifatkan pengikutnya dengan kata sedikit.” (Lihat Kitab Ahlul Hadits Hum At Thoifah Al Manshurah hal 103-104)

Demikianlah sunnatullah para pengikut kebenaran. Sepanjang perjalanan hidup selalu dalam kumpulan yang sedikit. Allah Ta’ala berfiman: (Maksudnya) “Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”

Dengan itu, jelaslah bagi kita siapakah Ahli Sunnah Wal Jamaah dan siapakah pula yang bukan Ahli Sunnah yang hanya penamaan semata. Benarlah ucapan seorang penyair mengatakan :

Semua orang mengaku telah menggapai Laila
Akan tetapi Laila tidak mengakuinya


Padahal Ahli Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman, amalan, dan dakwah salafus-soleh.

Wallahu Ta’ala A’lam

Sumber :http://al-muwahhidun.blogspot.com/

« Older entries