
Rata-rata kita tidak pernah mendengar pun ada golongan yang mengatakan “Aku tidak mengikut Al-Quran dan Sunnah” tapi sebaliknya kita mendengar ramai yang mengatakan “Aku mengikut Al-Quran dan Sunnah.” Golongan yang berkata sedemikian bukan sahaja dari kalangan Ahli Sunnah, Malah jika kita tanyakan kepada golongan Syi’ah juga mereka akan berkata “Aku ikut Al-Quran dan Sunnah.” Padahal golongan Syi’ah adalah golongan yang jauh sekali dari kebenaran.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Dalam riwayat yang lain disebutkan; “(Iaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.”
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
Hadis-hadis di atas menerangkan bahawa umat Islam pasti akan berpecah dan sememangnya telah pun berpecah sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah lebih kurang seribu empat ratus tahun tahun yang lalu. Inilah antara mukjizat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam yang dapat kita lihat sendiri. Namun akan tetap ada mereka yang masih berada di atas kebenaran, sebagaimana hadis di atas yang diterangkan mereka itu ialah yang berpegang dengan sunnah Nabi dan sunnah Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang terdiri daripada sahabatnya. Dalam kata lain mereka dipanggil Al-Jamaah sebagaimana hadis di atas juga.
Sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam:
Sabda Baginda sallallahu ‘alaihi wasallam:
Allah Ta’ala berfirman: (Maksudnya)
Syeikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafizahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun ‘Anil Firaq (cet. Darus Salaf hal.23-24) beliau berkata: “(Perpecahan dan perselisihan) merupakan hikmah dari Allah Ta’ala sebagai menguji hamba-hambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa nafsu dan bersikap fanatik.”
Allah Ta’ala berfirman:
Dan firman Allah Ta’ala: (Maksudnya)
“Dan kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil”.
Dan Allah ’Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Merahmati hambaNya. Jalan kebenaran telah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya sebagaimana dalam sabda Rasululullah sallallahu ‘alaihi wasallam: “Sungguh aku telah meninggalkan kamu di atas petunjuk yang sangat terang malamnya seperti waktu siangnya tidaklah menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa”. Hadis ini disahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Dzilalul Jannah)
Dan dalam hadis Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata: Suatu hari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam membuat satu garisan lurus dengan tangannya lalu bersabda:
Ciri-ciri Ahli Sunnah Wal Jamaah
Pertama: Berpegang teguh kepada Al Quran dan As Sunnah yang sahih berdasarkan pemahaman
salafus solehKedua: Kembali merujuk Al Quran dan As Sunnah yang sahih dalam setiap perselisihan
Ketiga: Mengutamakan ucapan Allah dan Rasul berbanding ucapan manusia
Keempat:Menghidupkan sunnah Rasulullah dalam semua aspek kehidupan
Menghidupkan sunnah Rasulullah baik dalam ibadah mereka, akhlak mereka, dan dalam semua sendi kehidupan, sehingga mereka menjadi orang asing di tengah kaumnya. Rasulullah bersabda tetang mereka:
“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula daam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.”
(Hadis riwayat Muslim dari hadis Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)
Kelima:Tidak fanatik kepada golongan tertentu
Mereka adalah orang-orang yang sangat jauh dari sifat fanatik (taksub) golongan. Dan mereka tidak fanatik kecuali kepada Kalamullah dan Sunnah Rasulullah. Imam Malik mengatakan: “Tidak ada seorangpun setelah Rasulullah yang ucapannya boleh diambil dan ditolak kecuali ucapan baginda.”
Keenam:Menyeru supaya berpegang kepada Al Quran dan As Sunnah
Mereka adalah orang-orang yang menyeru segenap kaum muslimin agar bepegang dengan sunnah Rasulullah dan sunnah para shahabatnya.
Ketujuh:Amar ma’ruf dan nahi mungkar berdasarkan kehendak Allah dan Rasul
Mereka adalah orang-orang yang memikul amanat amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka mengingkari segala jalan bid’ah (lawan kepada sunnah) dan kelompok-kelompok yang akan memecahkan-belahkan barisan kaum muslimin.
Kelapan:Mengingkari undang-undang manusia yang bercanggah Al Quran dan As Sunnah
Mereka adalah orang-orang yang mengingkari undang-undang yang dibuat oleh manusia yang menyelisihi undang-undang Allah dan Rasulullah.
Kesembilan:Bersedia Jihad Fisabilillah jika keadaan menghendaki
Mereka adalah orang-orang yang bersiap-sedia memikul amanat jihad fi sabilillah apabila agama menghendaki yang demikian itu.
Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali rahimahullah menjelaskan dalam kitab beliau Makanatu Ahli Al Hadits (halaman 3-4) berkata: “Mereka adalah orang-orang yang menempuh manhaj (metodologi)-nya para sahabat dan tabi’in dalam berpegang terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah dan menggigitnya dengan gigi geraham mereka. Mendahulukan keduanya atas setiap ucapan dan petunjuk, kaitannya dengan aqidah, ibadah, mu’amalat, akhlaq, politik, mahupun persatuan. Mereka adalah orang-orang yang kokoh di atas prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya sesuai dengan apa yang diturunkah Allah kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. Mereka adalah orang-orang yang tampil untuk berdakwah dengan penuh bersemangat bersungguh-sungguh. Mereka adalah para pembawa ilmu nabawi yang melumatkan segala bentuk penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, kerancuan para penyesat dan pentakwil yang jahil. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengintai setiap kelompok yang menyeleweng dari manhaj Islam seperti Jahmiyah, Mu’tazilah, Khawarij, Rafidah (Syi’ah), Murji’ah, Qadariyah, dan setiap orang yang menyeleweng dari manhaj Allah, mengikuti hawa nafsu pada setiap waktu dan tempat, dan mereka tidak pernah mundur kerana cercaan orang yang mencerca.”
Ciri-ciri Khusus Mereka
Pertama: Golongan yang sedikit
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Madarijus Salikin (3/199-200) berkata:
“Ia adalah orang asing dalam agamanya disebabkan rosaknya agama mereka, asing pada berpegangnya terhadap sunnah disebabkan berpegangnya manusia terhadap bid’ah, asing pada keyakinannya disebabkan telah rosak keyakinan mereka, asing pada solatnya disebabkan jeleknya solat mereka, asing pada jalannya disebabkan sesat dan rosaknya jalan mereka, asing pada nisbahnya disebabkan rosaknya nisbah mereka, asing dalam pergaulannya bersama mereka disebabkan bergaul dengan apa yang tidak diinginkan oleh hawa nafsu mereka.”
Kesimpulannya, dia asing dalam urusan dunia dan akhiratnya, dan dia tidak menemui seorang penolong dan pembela pun. Dia sebagai seorang yang berilmu ditengah orang-orang jahil, pemegang sunnah di tengah ahli bid’ah, penyeru kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah orang-orang yang menyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah, penyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran di tengah kaum di mana yang ma’ruf menjadi mungkar dan yang mungkar menjadi ma’ruf.”
Ibnu Rajab dalam kitab Kasyfu Al Kurbah Fi Washfi Hal Ahli Gurbah (halaman 16-17) mengatakan:
“Fitnah syubhat dan hawa nafsu yang menyesatkan inilah yang telah menyebabkan berpecahnya ahli kiblat menjadi berpuak-puak. Sebahagian mengkafirkan yang lain sehingga mereka menjadi bermusuh-musuhan, berpecah-belah, dan berparti-parti yang dulunya mereka berada di atas satu hati. Dan tidak ada yang selamat dari semuanya ini melainkan satu kelompok. Merekalah yang disebutkan dalam sabda Rasulullah:
“Dan tetap akan ada segelintir dari umatku yang zahir di atas kebenaran, tidak memudaratkan mereka sesiapa yang menyelisihi mereka, sehinggalah datangnya keputusan Allah, sedang mereka tetap berada dalam keadaan sedemikian.”
Kedua:Orang yang asing di kalangan manusia
Mereka adalah orang yang berada di akhir zaman dalam keadaan asing yang telah disebutkan dalam hadis, iaitu orang-orang yang memperbaiki ketika rosaknya manusia. Merekalah orang-orang yang memperbaiki apa yang telah dirosakkan oleh manusia pada sunnah Rasulullah. Merekalah orang-orang yang lari dari fitnah dengan membawa agama mereka. Mereka adalah orang yang sangat sedikit di tengah-tengah kabilah dan terkadang tidak didapati pada sebuah kabilah kecuali satu atau dua orang, bahkan terkadang tidak didapati satu orangpun sebagaimana permulaan Islam.
Dengan dasar inilah, para ulama menafsirkan hadis ini. Sebagaimana Imam Al-Auza’i rahimahullah menjelaskan tentang sabda Rasulullah:
“Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing. Adapun Islam itu tidak akan pergi akan tetapi Ahli Sunnah yang akan pergi sehingga tidak tersisa di sebuah negeri melainkan satu orang.” Dengan makna inilah didapati ucapan salaf yang memuji sunnah dan menyifatkannya dengan asing dan menyifatkan pengikutnya dengan kata sedikit.” (Lihat Kitab Ahlul Hadits Hum At Thoifah Al Manshurah hal 103-104)
Demikianlah sunnatullah para pengikut kebenaran. Sepanjang perjalanan hidup selalu dalam kumpulan yang sedikit. Allah Ta’ala berfiman: (Maksudnya) “Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”
Dengan itu, jelaslah bagi kita siapakah Ahli Sunnah Wal Jamaah dan siapakah pula yang bukan Ahli Sunnah yang hanya penamaan semata. Benarlah ucapan seorang penyair mengatakan :
Semua orang mengaku telah menggapai Laila
Akan tetapi Laila tidak mengakuinya
Padahal Ahli Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman, amalan, dan dakwah salafus-soleh.
Wallahu Ta’ala A’lam
Leave a Reply